Tuesday, October 6, 2015

Diksi: Pemilihan Kata

Diksi: Pemilihan Kata


                Seseorang harus mampu menyampaikan apa yang ia pikirkan kepada orang lain menggunakan bahasa yang baik. Dalam berbahasa, pemilihan kata merupakan salah satu unsur penting dalam berkomunikasi. Dengan pemilihan kata yang tepat, seseorang mampu menyampaikan apa yang ia pikirkan dengan mudah dan dimengerti orang lain. Pemilihan kata sering disebut sebagai diksi. Sebelum membahas diksi, ada baiknya membahasa aspek kata terlebih dahulu.


A.     Aspek Kata

Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk.
Apabila ada seseorang berkata banjir, dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita mengetahui arti kata tersebut. Karena itu, pikiran kita akan menyatakan ada gerakan air deras, besar, dan meluas secara tiba-tiba. Jadi, yang dimaksud bentuk adalah semacam kata banjir, sedangkan makna adalah reaksi yang timbul dalam pikiran kita. Reaksi tersebut tentu akan berbeda–beda pada setiap orang. Hal ini bergantung pada tingkat pemahaman setiap orang akan bentuk dan makna suatu kata. Jadi, pemahaman terhadap bentuk dan makna kata merupakan syarat bagi pemahaman terhadap kata.

B.      Pengertian Diksi

Bahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau ide pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Pendengar atau pembaca akan dapat menerima gagasan atau ide yang disampaikan pembicara atau penulis apabila pilihan kata yang mengandung gagasan dimaksud tepat. Pilihan kata yang tidak tepat dari pembicara atau penulis dapat mengakibatkan gagasan atau ide yang disampaikannya tidak dapat diterima dengan baik oleh pendengar atau pembaca.
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh hubungan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan (Gorys Keraf, 2008: 22-23).
Gorys Keraf (2008: 24) mengemukakan tiga kesimpulan utama mengenai diksi,  yaitu:
1.       Pemilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang akan dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam situasi.
2.       Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
3.       Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosakata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
Berbeda dengan pendapat Keraf, Enre (1988: 102) menjelaskan bahwa diksi ialah pilihan kata dan penggunaan kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat. Lebih lanjut, Achmadi (1990: 136) memberikan definisi diksi adalah seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan diksi adalah pemilihan kata dan penggunaan kata secara tepat dengan ide atau gagasan untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin disampaikan kepada orang lain dan dinyatakan dalam suatu pola kalimat baik secara lisan maupun secara tertulis untuk memunculkan fungsi atau efek tersendiri bagi pembaca.

C.      Fungsi Diksi

Fungsi dari diksi, antara lain sebagai berikut:
1.       Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
2.       Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
3.       Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4.       Menciptakan suasana yang tepat.
5.       Mencegah perbedaan penafsiran.
6.       Mencegah salah pemahaman.
7.       Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

D.     Jenis Diksi

Jenis diksi menurut Keraf (2008: 89-108) adalah sebagai berikut:

1.      Denotasi

Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu menunjuk kepada konsep, referen atau ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau definisi utama sesuatu kata, sebagai lawan daripada konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya. Contoh kata detonasi adalah lambang atau kata lingkaran yang secara jelas merujuk pada suatu benda atau konsep yang tunggal.

2.      Konotasi

Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya.
Contoh kata konotasi adalah ketika orang mendengar atau menyebutkan kata lingkaran lalu merujuk pada berbagai referensi, misalnya lingkaran biru, atau lingkaran setan atau lingkaran-lingkaran lain sebagai tambahan, maka kata tersebut mengandung makna konotasi

3.      Kata Abstrak

Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan pancaindra manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus.

4.      Kata Konkret

Kata konkret adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat atau dirasakan oleh satu atau lebih dari pancaindra. Kata-kata konkret menunjuk kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkret digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain.

5.      Kata Umum dan Kata Khusus

Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas. Kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan. Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan konkret. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus.
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin  umum sifatnya . Makin umum suatu kata, maka terbuka kemungkinan salah paham dalam pemaknaan. Makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaan, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat. Contoh kata berjalan perlahan-lahan lebih umum dibanding dengan tertatih-tatih.

6.      Kata Ilmiah dan Kata Populer

Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah. Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan.

Kata Ilmiah
Kata Populer
Batuan
Populasi
Makro
Abses
Produk, prestasi, keluaran
Metode
Bermakna, signifikan
Fraksi
Indeks
Konsesi
Batu
Penduduk
Besar
Bisul
Hasil
Cara
Berarti
Pecahan
Penunjuk
Izin
               Contoh perbandingan kata ilmiah dengan kata populer

7.      Jargon

Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya. Kata-kata ini merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia, ilmuwan, dan sebagainya): populasi, volume, abses, H₂O, dan sebagainya.

8.      Kata Slang

Kata slang adalah kata-kata nonstandar yang informal, yang disusun secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga merupakan kata-kata yang tinggi atau murni. Contoh kata slang adalah asoy, mana tahan, belum tahu, dan sebagainya (bersifat sementara).

9.      Kata Asing

Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya.

10.  Kata Serapan

Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud atau struktur bahasa Indonesia.

E.      Penggunaan Kata

1.      Makna Kata

Adapun makna kata menurut Chaer (1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu:

a.      Makna Leksikal

Makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera/ makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contoh: kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit.

b.      Makna Gramatikal

Untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata buku yang bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.

c.       Makna Referensial dan Nonreferensial

Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contohnya adalah kata meja dan kursi (bermakna referen) serta kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).

d.      Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contohnya adalah kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.  Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang/kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contohnya adalah kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

e.       Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contohnya adalah kata kuda memiliki makna konseptual sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem/kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contohnya adalah kata melati berasosiasi dengan suatu yang suci/kesucian. Kata merah berasosiasi berani/paham komunis.

f.        Makna Kata dan Makna Istilah

Makna kata walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak mandi atau air hujan.  Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.

g.      Makna Idiomatikal dan Peribahasa

Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yang disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.  Makna peribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam peribahasa.

h.      Makna Kias dan Lugas

Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contoh: Putri malam bermakna bulan, Raja siang bermakna matahari.

2.      Kata Bersinonim

Kata bersinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Banyak kata bersinonim yang berdenotasi sama, tetapi konotasinya berbeda. Akibatnya, kata-kata yang bersinonim itu dalam pemakaiannya tidak sepenuhnya dapat saling menggantikan. Kata-kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, mampus, dan berpulang memiliki makna denotasi yang sama, yaitu nyawa lepas dari raga, tetapi makna konotasinya berbeda.

3.      Kata yang Mengalami Perubahan Makna

Sejarah perkembangan kehidupan manusia dapat memengaruhi sejarah perkembangan makna kata. Dalam bahasa Indonesia, juga dalam bahasa lain, terdapat kata yang mengalami penyempitan makna, peluasan makna, perubahan makna.
Kata sarjana dan pendeta merupakan contoh kata yang mengalami penyempitan makna. Kata sarjana semula digunakan untuk menyebut semua cendekiawan. Kini kata tersebut hanya digunakan untuk cendekiawan yang telah menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi.

4.      Kata Baku dan Tak Baku

Kata baku adalah kata yang tidak bercirikan bahasa daerah atau bahasa asing. Baik dalam penulisan maupun dalam pengucapannya harus bercirikan bahasa Indonesia. Dengan perkataan lain, kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah mengenai kata dalam bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

·         Ali, Muhammad Muhti. 2012. Diksi Arkais Rubrik Padhalangan pada Majalah Djoko Lodhang. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
·         Keraf, Gorys. 2000. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
·         Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
·         Resmini, Novi. Diksi atau Pilihan Kata. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196711031993032-NOVI_RESMINI/DIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA_power_point.pdf (Diakses pada 5 Oktober 2015)
·         Sofyan, Agus N., Eni Karlieni, et al. 2007. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Widyatama.
·         Wahyu, Tri R.N. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Gunadarma.



0 comments:

Post a Comment