Sunday, October 18, 2015

Kalimat: Unsur, Pola Dasar, dan Macamnya

Kalimat: Unsur, Pola Dasar, dan Macamnya

               
                Dalam berbahasa, kita mengenal apa yang disebut kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran seseorang. Dengan kalimat, seseorang dapat menyampaikan apa yang ia pikirkan kepada orang lain.


A.     Definisi Kalimat

Kalimat ialah suatu bagian ujaran  yang berdiri sendiri dan bermakna  dan diakhiri oleh intonasi akhir. Sebuah kalimat sekurang-kurangnya memiliki subjek dan predikat. Untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang benar, kita perlu memperhatikan syarat-syarat penyusunan kalimat. Setiap kalimat sekurang-kurangnya memiliki predikat. Suatu kata atau kelompok kata dapat berfungsi sebagai predikat jika dapat disertai kata benda atau kelompok kata benda yang mempunyai relasi predikat [3].
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan denagn suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru [2].

B.      Unsur-Unsur Kalimat

Perkataan atau tuturan memenuhi syarat sebagai kalimat jika terdapat kelengkapan unsur-unsur kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap.

1.      Subjek

Subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa atau apa predikat.
Contoh: Mahasiswa mengerjakan tugas makalah.

2.      Predikat

Predikat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana atau mengapa subjek.
Contoh: Mahasiswa menyusun skripsi.

3.      Objek

Objek dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh: Mahasiswa itu mengemukakan masalahnya.

4.      Keterangan

Pelengkap tidak dapat menjadi subjek  sebab tidak dapat dipasifkan.
Contoh:  Mereka belajar matematika dengan sungguh-sungguh.

5.      Pelengkap

Posisi keterangan dapat berpindah-pindah di depan, tengah, atau akhir kalimat.
Contoh: Mereka belajar di perpustakaan.

C.      Pola Dasar Kalimat

1.      Kalimat Dasar Berpola Subjek (S) – Predikat (P)

a.      Kalimat  Dasar Berpola S-P (P1 KK)

Mereka pulang.
Semua peserta datang.

b.      Kalimat Dasar Berpola S-P (P2 KB)

Dia mahasiswa.
Ayahnya pengusaha.

c.       Kalimat Dasar Berpola S-P (P3 KS)

Mahasiswa di sini pandai-pandai.
Gedungnya tinggi-tinggi.

2.      Kalimat Dasar Berpola Subjek (S) – Predikat (P) – Keterangan (K)

Presiden  berasal dari Jawa Tengah.
Kalung itu terbuat dari emas.

3.      Kalimat Dasar Berpola Subjek (S) – Predikat (P) – Pelengkap (Pel)

Negara RI berdasarkan Pancasila.
Kantor kami kemasukan pencuri.

4.      Kalimat Dasar Berpola Subjek (S) – Predikat (P) – Objek (O)

a.      Kalimat Dasar Berpola S-P-O (P1 KK transitif)

Mahasiswa membuat makalah.
Wartawan mencari berita.

b.      Kalimat Dasar Berpola S-P-O- Pel (P1 KK dwitransitif)

Ayah mengirimi saya uang.
Presiden menganugerahi para pahlawan tanda jasa.

5.      Kalimat Dasar Berpola Subjek (S) – Predikat (P) – Objek (O) – Keterangan (K)

Mereka mengadakan penelitian di luar kota.
Para mahasiswa mengikuti KKN di daerah .

D.     Macam-Macam Kalimat

Kalimat dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni (1) kalimat tunggal (kalimat yang hanya terdiri atas satu kalimat dasar) dan (2) kalimat majemuk (kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas dua kalimat dasar). Kalimat majemuk terdiri atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk rapatan [3].

1.      Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara memiliki dua kalimat dasar atau lebih. Kalimat ini ditandai dengan kata penghubung intrakalimat yang menyatakan kesetaraan, misalnya: dan, tetapi, sedangkan, serta, namun, lalu, kemudian, atau.
Contoh:
·         Gempa  dan tsunami menggoncang Pantai Pangandaran dan rumah-rumah hancur.
·         Kepala Negara mengemukakan sambutannya kemudian beliau menyerahkan bantuan kepada para korban.

2.      Kalimat Majemuk Tak Setara

Kalimat majemuk taksetara sekurang-kurangnya terdiri atas dua kalimat dasar sebagai unsur langsungnya. Satu dari kalimat dasar itu merupakan induk kalimat dan satunya lagi merupakan anak kalimat. Jadi, kalimat majemuk taksetara terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat. Induk kalimat dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, sedangkan anak kalimat tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.
Kata penghubung yang dapat digunakan untuk kalimat majemuk setara, antara lain jika, kalau, apabila, andaikata, ketika, waktu, setelah, sebelum, supaya, agar, sebab, karena, walaupun, sekalipun, biarpun, bagaimanapun.
Contoh:
·         Dia datang ketika saya sedang tidur.
·         Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajarnya tidak pernah padam.

3.      Kalimat Majemuk Lesapan (Rapatan)

Kalimat majemuk lesapan adalah kalimat majemuk yang mengalami pelesapan unsur-unsur kalimat yang sama. Unsur yang dimaksud hanya dimunculkan satu kali.
Contoh:
·         Saya datang terlambat sehingga saya tidak dapat  mengikuti kuliah  pertama.
·         Saya datang  terlambat sehingga tidak dapat mengikuti kuliah pertama.
Berdasarkan isi dan tanggapan yang ditimbulkannya, kalimat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu [2]:

1.      Kalimat Berita (Deklaratif)

Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu peristiwa atau kejadian, yang pada umumnya menimbulkan tanggapan berupa isyarat atau sikap. Macam kalimat berita, diantaranya kalimat berita langsung dan tidak langsung.

2.      Kalimat Perintah (Imperatif)

Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya berupa perintah agar seseorang melakukan atau berbuat sesuatu, dan reaksinya berupa tindakan. Berdasarkan isi, ada kalimat perintah halus dan ada kalimat perintah kasar.

3.       Kalimat Tanya (Interogatif)

Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya berupa pertanyaan dan reaksinya berupa jawaban. Berdasarkan isi, kalimat tanya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tanya biasa dan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban (retoris).

4.      Kalimat Seru (Eklamatif)

Kalimat seru adalah kalimat untuk menyatakan perasaan kagum atau heran. Secara formal ditandai dengan kata alangkah, betapa, atau bukan main pada kalimat berpredikat kata sifat.

E.      Kalimat Efektif

Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik pertama sekali haruslah memenuhi persyaratan. Hal ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahami oleh orang lain secara tepat.Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif.

1.      Definisi Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat ditangkap dan mudah dipahami oleh pembaca, menghayati masing-masing tuturan itu. Keterpahaman menjadi salah satu kriteria kalimat efektif. Kriteria lainnya adalah kelaziman. Pemakaian kata, susunan frasa, dan kalimat tertentu dipandang lazim dalam ragam bahasa tertentu, namun belum tentu lazim dalam ragam bahasa lain [4].
Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembacanya. Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat sebagai berikut [3].
1.)    Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2.)    Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan pembicara atau penulis (Keraf, 1980: 36).

2.      Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Sebuah kalimat efektif memiliki syarat-syarat atau ciri-ciri  tertentu yang membedakannya dari kalimat yang tidak efektif. Kalimat efektif memiliki ciri-ciri (a) kesepadanan struktur, (b) keparalelan,  (c) kehematan, (d) kecermatan, (e) kepaduan, dan (f) kelogisan [3].

a.)    Kesepadanan

Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

b.)    Keparalelan

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan kata benda (nomina), bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan kata benda (nomina). Kalau bentuk pertama menggunakan  kata kerja (verba), bentuk kedua dan seterusnya juga menggunakan  kata kerja (verba).

c.)     Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif ialah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

d.)    Kecermatan

Kecermatan adalah kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Kecermatan dalam kalimat berkaitan dengan pemilihan kata, penyusunan kata, dan penggunaan logika dalam kalimat.

e.)    Kepaduan

Kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak sistematis.
Kepaduan menunjukkkan adanya hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur  (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan antara subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi. Kesalahan yang sering merusakkan kepaduan adalah menempatkan kata depan, kata penghubung yang tidak sesuai atau tidak pada tempatnya, perapatan kata aspek atau keterangan modalitas yang tidak sesuai, dan sebagainya.

f.)     Kelogisan

Kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kelogisan berhubungan dengan penalaran, yaitu proses berpikir untuk menghubung-hubungkan fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Dengan perkataan lain, penalaran (reasoning) ialah proses mengambil simpulan (conclicusion, interference) dan bahan bukti atau petunjuk (evidence) ataupun yang dianggap bahan bukti atau petunjuk (Moeliono, 1988: 124-125)

DAFTAR PUSTAKA

[1]    Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: Gramedia.
[2]    Kusmayadi, Ismail. 2008. Think Smart Bahasa Indonesia. Bandung: Grafindo Media Pratama.
[3]    Sofyan, Agus N., Eni Karlieni, et al. 2007. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Widyatama.
[4]    Wahyu, Tri R.N. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Gunadarma.



0 comments:

Post a Comment