Sunday, November 15, 2015

Kerangka Karangan (Outline)

Kerangka Karangan (Outline)


Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali dengan menyusun kerangka karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide dapat disusun secara sistematis, logis, jelas, restruktur, dan teratur. Kerangka karangan dapat mempermudah penulisan dan pengembangan gagasan selanjutnya dan karangan akan lebih terarah. Dengan demikian, tidak terjadi pengulangan penjelasan yang disampaikan.


A.     Pengertian Kerangka Karangan (Outline)

Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang mengandung ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu. Kerangka karangan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran bagi target pembacanya. Selain itu, kerangka karangan akan dapat menghindarkan kemungkinan kesalahan terutama dalam mengembangkan detail-detailnya [2].
Langkah terakhir pada tahap prapenulisan ialah pengorganisasian karangan. Dalam hal ini tujuan dan bahan penulisan turut menentukan bentuknya. Organisasi karangan pada umumnya mengikuti pola ilustratif, analitis atau argumentatif.
Untuk menentukan organisasi itu, mula-mula kita menyusun suatu kerangka (outline) karangan. Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam subtopik dan mungkin selanjutnya ke dalam sub-subtopiknya. Kerangka itu mungkin berbentuk kerangka topik atau kerangka kalimat. Sebelum menyusun kerangka kerja yang sebenarnya, kita dapat membuat kerangka kasar. Misalnya kita akan menulis karangan mengenai kegiatan sebuah universitas pada periode tertentu. Mula-mula kita memecahkan topik tersebut ke dalam suatu babakan besar [4].

B.      Fungsi dan Manfaat Kerangka Karangan

Berikut adalah fungsi dan manfaat kerangka karangan:
1.)    Mempermudah pengendalian variabel.
2.)    Memperlihatkan pokok bahasan, sub-bahasan karangan, dan memberi kemungkinan perluasan bahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis menciptakan suasana kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan.
3.)    Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik, judul, masalah, tujuan, dan kalimat tesis.
4.)    Memudahkan penulis menyusun karangan secara menyeluruh.
5.)    Mencegah ketidaklengkapan bahasan.
6.)    Mencegah pengulangan pembahasan ide.
7.)    Memperlihatkan kekurangan atau kelebihan materi pembahasan.

C.      Langkah-Langkah Pembuatan Kerangka Karangan

Berikut langkah-langkah alam membuat kerangka karangan:
1.)    Menyusun semua ide pokok yang berhubungan dengan topik yang akan ditulis.
2.)    Mencatat semua ide pokok yang muncul dari data tertulis maupun dari data wawancara.
3.)    Menyusun dan menyeleksi ulang terhadap ide yang tidak penting.
4.)    Memeriksa ulang apakah masih terdapat ide yang tidak sesuai atau terdapat ide yang belum dimasukkan serta memeriksa kembali urutan semua ide.
5.)    Setelah membuat kerangka karangan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan.

D.     Pola Susunan Kerangka Karangan

Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur biasanya digunakan beberapa tipe susunan, pola alamiah dan pola logis.
1.)    Pola Alamiah
Pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam, sebab itu susunan alamiah itu didasarkan pada ketiga atau keempat dimensi dalam kehidupan manusia: atas-bawah, melintang-menyeberang, sekarang-nanti, dulu-sekarang, timur-barat, dan sebagainya. Oleh sebab itu susunan alamiah dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu:
a.)    Urutan waktu atau urutan kronologis
Urutan yang didasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contoh: Topik (riwayat hidup seorang penulis)
[1]    Asal usul penulis
[2]    Pendidikan si penulis
[3]    Kondisi kehidupan penulis
[4]    Keinginan penulis
[5]    Karier penulis
b.)    Urutan ruang (sposial)
Landasan yang paling penting, bila topik yang diuraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang dan tempat. Urutan ini biasanya digunakan dalam tulisan- tulisan yang bersifat deskriptif.
Contoh: Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
[1]    Di daerah Kalimantan
[2]    Di daerah Sulawesi
[3]    Di daerah Sumatera
c.)     Urutan Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu peristiwa sudah dikenal dengan bagian-bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian-bagian tersebut harus dijelaskan berturut-turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian-bagiannya itu.

2.)    Pola Logis
Manusia mempunyai suatu kesanggupan dimana manusia lebih sempurna dari makhluk yang lain, yaitu sanggup menghadapi segala sesuatu yang berada di sekitarnya dengan kemampuan akal budinya. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungannya dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi kiat dengan tanggapan penulis.
Macam-macam, urutan logis yang dikenal adalah:
a.)    Urutan klimaks dan anti klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh: Topik (turunnya Suharto)
[1]    Keresahan masyarakat
[2]    Merajalelanya praktek KKN
[3]    Kerusuhan sosial
[4]    Tuntutan reformasi menggema
b.)    Urutan klausal
Urutan ini mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia pada umumnya.
Contoh: Topik (krisis moneter melanda tanah air)
[1]    Tingginya harga bahan pangan
[2]    Penyebab krisis moneter
[3]    Dampak terjadi krisis moneter
[4]    Solusi pemecahan masalah krisis moneter
c.)     Urutan pemisahan masalah
Dimulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif-alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut.
Contoh: Topik (virus H1N1)
[1]    Apa itu virus H1N1
[2]    Bahaya virus H1N1
[3]    Cara penanggulangannya
d.)    Urutan umum-khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu diikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh: Topik (pengaruh internet)
[1]    Para pengguna internet
[2]    Manfaat internet
e.)    Urutan familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal atau belum dikenal. Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini misalnya diterapkan dengan mempergunakan analogi.
f.)     Urutan akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh pembaca, apakah suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca. Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.

E.      Macam-Macam Kerangka Karangan

1.)    Berdasarkan sifat rincian
·         Kerangka karangan sementara/nonformal: cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan topiknya tidak kompleks, akan segera digarap.
·         Kerangka karangan formal: terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan topiknya sangat kompleks, topiknya sederhana tetapi tidak segera digarap.
2.)    Berdasarkan perumusan teksnya
·         Kerangka kalimat
·         Kerangka topik
·         Gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka topik

F.      Syarat Kerangka Karangan yang Baik

Syarat-syarat kerangka karangan yang baik adalah:
1.)    Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Lalu buatlah tesi atau pengungkapan maksud.
2.)    Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.
3.)    Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
4.)    Harus menggunakan simbol yang konsisten.

G.     Contoh Bentuk Kerangka

Topik: Kegiatan Mahasiswa Gunadarma Selama Periode Tahun 2004-2005
[1]    Kegiatan Akademis
[2]    Kegiatan Sosial
[3]    Kegiatan di Bidang Olah Raga dan Seni
[4]    Dan seterusnya
Kemudian, kita memikirkan perincian untuk setiap babak besar di atas. Hasilnya, akan diperoleh sebuah kerangka lebih terurai.
Contoh:
Kegiatan Mahasiswa Gunadarma Selama Periode Tahun 1978-1980

1.       Kegiatan Akademis
1.1.    Penelitian
1.2.    Seminar
1.3.    Ceramah Ilmiah
1.4.    Karya Wisata
2.       Kegiatan Sosial
2.1.    Partisipasi Mahasiswa Gunadarma dalam Usaha Akibat Bencana Alam
2.2.    Partisipasi Mahasiswa dalam Peningkatan Kesehatan Masyarakat di Sekitar Kampus
2.3.    Dan seterusnya.


DAFTAR PUSTAKA

[1]    S., Effendi. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.
[2]    Hs., Widjono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
[3]    Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: Gramedia.
[4]    Wahyu, Tri R.N. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Gunadarma.


0 comments:

Post a Comment