Wednesday, November 4, 2015

Alinea (Paragraf)

Alinea (Paragraf)


Seseorang dapat menuangkan gagasan dan pikirannya dalam sebuah tulisan. Untuk itu diperlukan kemampuan menulis yang baik agar gagasan dan pikiran tersebut dapat tersampaikan kepada pembacanya. Kemampuan menulis yang baik dapat diperoleh dari hasil proses belajar dan ketekunan.
Dalam menulis, alinea atau paragraf merupakan unsur penting dalam sebuah tulisan. Alinea merupakan inti dari gagasan dan pikiran penulis yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Untuk itu, penulis harus mampu menguasai konsep alinea agar gagasan dan pikirannya dapat tersampaikan kepada pembaca.




A.     Pengertian Alinea

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan yang dibangun dengan serangkaian kalimat. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat  dalam paragraf tersebut, mulai kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan [3].
Paragraf atau alinea berlaku pada bahasa tulis, sedangkan pada bahasa lisan digunakan istilah paraton (Brown dan Yule, 1996). Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan pikiran atau topik dan berada di bawah tataran wacana. Oleh Ramlan (1993), pikiran utama atau ide pokok merupakan pengendali suatu paragraf [2].
Kalimat-kalimat pada alinea tidak lepas terpisah satu dengan yang lain, tetapi saling berhubungan dan tarik-menarik. Kalimat-kalimat tersebut juga tidak bertentangan satu sama lain tetapi menyatu mendukung pokok pikiran alinea atau biasa disebut kohesi. Antar kalimat membentuk hubungan yang erat dan kompak sehingga pembaca mudah mengetahui hubungan kalimat satu dengan kalimat lain. Hal ini disebut koheren atau serasi [5].

B.      Syarat-Syarat Alinea

Paragraf merupakan satu kesatuan pikiran yang dibangun dengan serangkaian kalimat. Satu kesatuan pikiran merupakan komponen isi dan satu rangkaian kalimat merupakan komponen bentuk paragraf. Satu kesatuan pikiran dan satu kesatuan bentuk merupakan tuntutan yang harus dipenuhi sebuah paragraf. Dalam sebuah paragraf harus memenuhi tuntutan koherensi dalam isi (coherence in meaning) dan kohesi dalam bentuk (cohesion in form) [3].

a.)    Syarat Koherensi

Koherensi ialah kesatuan isi atau kepaduan maksud; koherensi paragraf ialah kepaduan isi paragraf. Paragraf yang tidak menunjukkan adanya kepaduan isi disebut paragraf yang tidak koheren. Demi terpenuhinya tuntutan koherensi paragraf, ada dua hal pokok yang harus diperhatikan. Kedua hal yang dimaksud ialah (1) kokohnya kalimat penjelas dalam menjelaskan ide pokok dan (2) logisnya urutan peristiwa, waktu, ruang atau tempat, dan proses.

b.)    Syarat Kohesi

Kohesi mengandung arti hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh dan kohesif berarti padu. Jadi, paragraf yang baik dituntut untuk mempunyai hubungan antarkalimat yang erat dan perpaduan antarkalimat yang kokoh.  

C.      Unsur-Unsur Alinea

Alinea atau sering disebut juga paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Pada umumnya alinea terdiri dari lebih dari satu kalimat atau dapat dikatakan terdiri dari beberapa kalimat. Dari segi fungsi dan kandungannya, kalimat dalam alinea dapat dipilah-pilah menjadi beberapa bagian yaitu:

a.)    Kalimat Topik

Kalimat topik merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah alinea/paragraf karena kalimat topik mengungkapkan gagasan pokok dalam kalimat yang bersangkutan. Kalimat topik hendaknya merupakan kalimat efektif yang menarik, merupakan susunan yang runtut dan logis dan juga merupakan rumusan yang tidak terlalu umum namun juga tidak terlalu spesifik.

b.)    Kalimat Pengembangan

Kalimat pengembangan merupakan kalimat-kalimat yang menguraikan hal-hal yang terkandung dalam kalimat topik. Kalimat-kalimat pengembangan itu hendaknya berpusat pada kalimat topik agar terciptanya suatu gagasan dan juga agar tidak terjadinya kalimat-kalimat pengembangan yang menyeleweng dari kalimat topik. Untuk menghindari hal tersebut diperlukan perumusan butir-butir pengembangan secara ringkas di bawah kalimat topik sehingga bisa terbentuk alinea/paragraf yang baik.

c.)    Kalimat Penutup

Setelah pengembangan dari kalimat topik itu sampai pada batas kecukupan, maka sebuah alinea/paragraf itu sebaiknya diakhiri. Kalimat yang mengakhiri alinea itu disebut kalimat penutup. Demi terwujudnya kesatuan gagasan, penyusunan kalimat topik hendaknya berdasarkan kalimat-kalimat pengembangan. Kalimat penutup dalam suatu alinea/paragraf biasanya dapat berupa penekanan kembali, kesimpulan dan rangkuman. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat penutup didasarkan dari kalimat topik dan juga kalimat-kalimat pengembangan.

d.)    Kalimat Penghubung

Agar suatu alinea dapat terhubung dengan alinea yang lain maka diperlukan adanya kalimat penghubung. Hubungan antara alinea yang satu dengan alinea yang lain hanya dapat diketahui dari hubungan isi alinea tersebut. Oleh karena itu, kalimat penghubung itu dalam alinea tertentu diperlukan, dan dalam alinea yang lain tidak diperlukan. Maksudnya adalah, tidak dalam setiap alinea terdapat kalimat penghubung.

D.     Macam-Macam Alinea

Berdasarkan jenisnya, paragraf atau alinea dapat dibedakan (1) berdasarkan nalar atau letak kalimat topik, (2) berdasarkan teknik pengembangan, (3) berdasarkan fungsinya, dan (4) berdasarkan teknik pemaparannya.

a.)    Berdasarkan Nalar atau Letak Kalimat Topik

Nalar  atau logika secara singkat dapat diartikan jalan pikiran yang sesuai dengan akal; bernalar sama dengan berpikir logis. Penalaran sama dengan proses menggunakan nalar atau proses menggunakan pikiran secara logis. Secara umum dikenal  paragraf deduktif,  induktif, deduktif-induktif, dan deskriptif-naratif.

1.)    Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif ialah paragraf yang diawali dengan gagasan utama atau kalimat topik yang bersifat umum. Gagasan itu selanjutnya, dijelaskan dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus atau keterangan-keterangan yang memperkokoh gagasan di atas.
                                Contoh:
Harga sebagian barang pokok bergerak naik. Beras seminggu yang lalu harganya Rp 3500,00 per kg, kini berubah menjadi Rp 4.000,00 per kg. Gula pasir melonjak dari Rp 5.800,00 per kg menjadi  Rp 6.200,00 per kg. Minyak goreng, walaupun tidak seberapa naiknya, tetapi secara nyata beringsut naik dari Rp 4.500,00 per kg menjadi Rp 4.800,00 per kg. Terigu kini mencapai Rp 4.700,00 per kg sedangkan Minggu lalu Rp 4.200,00 per kg.

2.)    Paragraf Induktif

Paragraf induktif ialah paragraf yang menempatkan ide atau gagasan pada akhir paragraf. Lahirnya ide atau gagasan ini didahului oleh penjelasan, keterangan, atau data. Kadang-kadang, gagasan paragraf induktif berupa kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang disebutkan lebih dulu.
                                Contoh:
Pancasila telah beberapa kali dirongrong. Beberapa kali falsafah negara RI hendak diubah ataupun dipreteli. Setiap usaha yang hendak mengubah dan mempreteli Pancasila ternyata gagal betapapun usaha itu telah dipersiapkan dengan matang dan tertib. Semuanya tetap dapat digagalkan. Memang, Pancasila benar-benar sakti.

3.)    Paragraf Deduktif-Induktif

Pengembangan jenis paragraf ini didasari pola nalar deduktif-induktif. Karena itu, paragraf jenis ini ditandai dengan adanya dua gagasan yang terletak di awal dan di akhir paragraf.
                                Contoh:
Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Dengan bahasa pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan, menerima dan memberikan segala pengalamannya kepada orang lain. Jelaslah, bahwa bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

4.)    Paragraf Deskriptif-Naratif

Paragraf deskriptif ialah paragraf yang berisi gambaran, cerita, atau proses sesuatu atau terjadinya sesuatu secara apa adanya. Dalam pengembangannya, paragraf ini tidak mengemukakan ide pokok secara eksplisit. Ide paragraf terkandung pada semua kalimat yang membentuknya. Semua kalimat mempunyai peranan yang sederajat, tidak ada kalimat yang mempunyai kedudukan yang dominan.
Contoh:
Alangkah mengerikan. Rumah-rumah beton di Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis, ditelan gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal 17 Juli 2006 yang lalu. Pantai yang begitu indah, yang menjadi tumpuan Pemerintah Daerah  itu ditinggalkan kosong oleh penduduk. Mereka mengungsi ke tempat-tempat yang aman.

b.)    Berdasarkan Teknik Pengembangannya

Dalam mengembangkan paragraf ada beberapa teknik yang lazim digunakan. Dalam tulisan ini akan dibicarakan teknik-teknik pengembangan seperti berikut: (1) tanya-jawab, (2) sebab-akibat, (3) contoh atau ilustrasi, (4) alasan atau keterangan, (5) perbandingan atau analogi, (6) definisi, (7) deskripsi, (8) proses, dan (9) penguraian.

1.)    Paragraf Tanya-Jawab

Paragraf jenis ini dikembangkan dengan pertanyaan terlebih dahulu. Lazimnya, kalimat pertama merupakan kalimat pertanyaan yang mengandung ide paragraf. Kalimat pengembangnya berupa jawaban atas pertanyaan tadi. Kalimat-kalimat jawaban merupakan kalimat penjelas atau pengembangan paragraf.
                                Contoh:
Mengapa Marsinah diculik lalu dibunuh secara kejam? Menurut sebuah versi, kekejaman itu dilakukan karena Marsinah memiliki informasi penting tentang penyelewengan hukum atau praktek produksi ilegal oleh perusahaan tempat ia bekerja. Ia, kabarnya, mau membeberkannya ke luar kecuali jika pihak perusahaan memenuhi tuntutannya: memperbaiki kondisi buruh dan membatalkan PHK atas beberapa kawannya.

2.)    Paragraf Sebab-Akibat

Paragraf sebab akibat yaitu paragraf yang pengembangannya memanfaatkan makna hubungan sebab akibat antar kalimat. Ciri khas paragraf jenis ini ialah terbinanya hubungan sebab akibat antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Jadi hubungan sebab-akibat ini merupakan satu rangkaian satu rangkaian yang berkesinambungan.
Contoh:
Mulai bulan April tahun tahun depan harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, minyak pelumas, dan lain-lain, harganya dinaikkan karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya dengan harapan ekonomi Indonesia menjadi wajar. Kenaikan harga bahan bakar sudah tentu mengakibatkan naiknya biaya angkutan. Jika biaya angkutan naik, harga barang akan naik pula karena biaya transpor harus diperhitungkan. Kenaikan harga ini akan dirasakan oleh rakyat. Karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha meningkatkan pendapatan rakyat.

3.)    Paragraf Contoh atau Ilustrasi

Sesuai dengan sebutannya, paragraf contoh atau paragraf ilustrasi, paragraf jenis ini dikembangkan dengan cara menggunakan contoh atau ilustrasi. Contoh atau ilustrasi inilah yang memberikan penjelasan akan kebenaran ide atau gagasan paragraf, baik dengan cara deduktif, induktif, atau paduan keduanya.
Contoh:
Di Singapura sekarang kita bisa menyaksikan Kecak yang dipertunjukkan dalam waktu kurang dari satu jam, bahkan bila diperlukan konsumen, pertunjukan bisa lebih singkat lagi. Demikian pula tari-tarian lainnya dapat kita saksikan dalam bentuk yang condensed. Di pantai-pantai yang terbaik di bagian selatan Bali, terutama di kawasan Sanur, orang banyak yang terkejut dan sedih melihat semakin ciutnya daerah bebas mereka untuk melakukan upacara yang mereka perlukan tanpa harus meminta izin terlebih dahulu. Lebih menyedihkan lagi bagi mereka apabila pada suatu saat terpancang papan pengumuman “DILARANG MASUK”. Salam dalam bahasa Inggris “hallo” di Bali sekarang ternyata berkembang menjadi bermacam–macam arti; paling sedikit ada dua arti. Arti yang pertama, salam ramah-tamah biasa yang ditunjukkan kepada orang asing, dan yang kedua, Tuan belilah barang dagangan saya.” Contoh-contoh di atas merupakan gambaran bahwa betapa bergesernya nilai–nilai sosial dan agama di kawasan Bali. 

4.)    Paragraf Alasan atau Keterangan

Perkataan “alasan” bisa diganti dengan “keterangan“ sebab pada hakikatnya, alasan itu merupakan keterangan. Paragraf alasan ialah paragraf yang pengembangan ide utamanya memanfaatkan penjelasan yang bermakna alasan. Alasan–alasan inilah yang memperkokoh ide paragraf sehingga kebenaran ide itu dapat diterima pembacanya.
Contoh: 
Seluruh penjuru dunia sudah mengetahui bahwa AIDS merupakan penyakit yang mematikan. Dunia kedokteran masih merayap mencari obat penangkal penyakit maut ini. Sementara itu, virus AIDS melesat mencari korban demi korban tanpa mengenal ras, umur, ataupun tingkatan sosial. Tidaklah mustahil, AIDS menjadi bom waktu yang pada suatu saat bisa memusnahkan manusia dari muka bumi ini.

5.)    Paragraf Perbandingan atau Analogi

Paragraf perbandingan ialah paragraf yang isinya merupakan perbandingan tentang dua hal baik yang menyangkut kesamaan maupun perbedaannya. Sebagai teknik pengembangan, perbandingan ini bisa bertujuan menjelaskan satu hal lain sebagai pembanding, atau menjelaskan kedua hal yang dibandingkan itu sekaligus.
Contoh:
Kalau kita perhatikan kalimat awal paragraf, tergolong paragraf yang bertujuan menjelaskan masyarakat perkotaan (urban community) dengan menggunakan pembanding kontras sifat-sifat masyarakat perdesaan.
Yang dimaksud masyarakat perkotaan atau urban community adalah masyarakat kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Tekanan pengertian masyarakat perkotaan juga terletak pada sifat–sifat kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat perdesaan. Masyarakat perkotaan ini juga berbeda dengan masyarakat perdesaan dalam hal perhatian, khususnya terhadap keperluan hidup. Jika masyarakat perdesaan mempunyai perhatian utama dan perhatian khusus terhadap keperluan dasar dari kehidupan, seperti pakaian, makanan, rumah, dan sebagainya, maka masyarakat perkotaan, terhadap hal-hal tersebut mempunyai pandangan yang berbeda.
Orang-orang perkotaan memandang penggunaan kebutuhan hidup sehubungan dengan pandangan masyarakat sekitarnya. Jika menghidangkan makanan, misalnya, yang diutamakan adalah makanan itu memberikan kesan bahwa yang menghidangkannya mempunyai kedudukan sosial yang tinggi. Bila ada tamu, misalnya, diusahakan terhidang makanan dalam kaleng. Pada orang–orang perdesaan hal seperti itu kurang bahkan tidak dipedulikan.

6.)    Paragraf Definisi

Sesuai dengan sebutannya, paragraf definisi merupakan paragraf yang mengembangkan definisi atau pembatasan istilah. Dalam sebuah paragraf definisi, sebuah istilah mungkin didefinisikan, mungkin pula dibicarakan pengertiannya seperti contoh di bawah ini.
Contoh:
Istilah demokrasi biasanya diterjemahkan dengan kata kedaulatan rakyat. Ungkapan tersebut sering diartikan dengan pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi dalam pengertian ini hanya menggambarkan satu segi dari pengertian demokrasi yang sebenarnya. Pada hakikatnya, demokrasi merupakan sistem mentalitas untuk membina kehidupan bersama dalam masyarakat. Mentalitas yang dimaksud ialah mentalitas dalam pengertian cara berpikir, bersikap, dan berbuat.

7.)    Paragraf Deskripsi

Paragraf pemerian atau deskripsi ialah paragraf yang menyajikan sejumlah rincian tentang sesuatu yang lebih cenderung pada fakta daripada khayalan. Pemerian ini bisa berupa rincian tentang bentuk, ruang, waktu, peristiwa, atau keadaan. Kadang–kadang urutan pernyataannya tidak ketat. Artinya, urutan pernyataan dalam sebuah paragraf pemerian bisa diubah, walaupun tidak selamanya.
                                Contoh:
Desa Ubud yang setiap harinya tertib, hening, senyap, tempat para senimannya menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kerja kreatif, kali ini berubah laksana sebuah akuarium yang kemelut. Tak ada wajah-wajah suram yang memancarkan rasa duka cita. Sesuai dengan kepercayaan masyarakat Bali yang menghendaki agar khalayak melepas sang almarhum menuju nirwana dengan tenang. Yang terlihat hanya warna-warna merah, wajah cerah, serta suara gembira yang gemuruh. Para wanita mengenakan baju kebaya, kain, dan selendang berwarna semarak. Laki-lakinya mengenakan kain samping yang tradisional, yaitu kain petak-petak hitam putih. Putih warna bajunya, putih ikat kepalanya. Matahari agak muram seperti enggan menyengatkan sinarnya.

8.)    Paragraf Proses

Seperti halnya paragraf pemerian, paragraf proses tergolong jenis paragraf Deskriptif. Sesuai dengan namanya, paragraf proses ialah paragraf yang menjelaskan proses terjadinya atau proses bekerjanya sesuatu.
Contoh:
Setelah sampai di darat, kendurkan semua pakaian korban yang sekiranya menyesakkan dirinya. Bersihkan mulutnya dari pasir atau lumpur, dan lepaskan gigi palsunya (kalau ada). Selanjutnya, telungkupkan badannya, dan berdirilah Anda mengangkanginya. Sambil membungkukkan badan ke depan, tempatkan kedua tangan Anda pada perutnya dekat rusuk bawah. Angkatlah perutnya sehingga kepalanya menunduk ke tanah dan air keluar dari mulutnya. Jika pernapasannya berhenti, segeralah beri dia pernapasan buatan.

9.)    Paragraf Penguraian

Paragraf jenis ini dikembangkan dengan cara menguraikan atau memilah-milah (mengklasifikasi) sesuatu. Dengan pernyataan lain, paragraf penguraian ialah paragraf yang berisi penjelasan secara terurai atau terinci.
                                Contoh:
Berdasarkan peristiwa politik dan dokumen resmi kenegaraan, dalam perjalanan hidupnya, bahasa Indonesia memiliki dua macam kedudukan. Pertama, bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimilikinya sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Kedua, bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa negara. Kedudukan ini dimilikinya sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36. 

c.)    Berdasarkan Fungsinya

Berdasarkan fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi paragraf pembuka, penghubung, dan penutup.

1.)    Paragraf Pembuka

Paragraf pembuka disebut juga paragraf pendahuluan. Paragraf ini berisi ancang-ancang atau arahan tentang apa yang akan diuraikan atau dibahas pada bagian isi wacana. Selain itu, paragraf pendahuluan berisi tentang tujuan dan pembatasan topik pembicaraan. Selain itu, paragraf pembuka mengemukakan hal-hal yang menjadi penarik minat para pembaca. Dengan kata lain, paragraf pembuka itu harus menumbuhkan perasaan ingin tahu para pembaca tentang apa yang diuraikan selanjutnya.

2.)    Paragraf Penghubung

Disebut paragraf pengembang karena paragraf ini berfungsi mengembangkan isi wacana. Isi wacana merupakan pengembangan ide-ide atau sub topik pembicaraan.

3.)    Paragraf Penutup

Paragraf penutup ialah paragraf yang mengakhiri  sebuah uraian, bisa mengandung bermacam-macam maksud atau isi, seperti kesimpulan uraian, saran atau harapan, penegasan, kritikan, dan rangkuman isi uraian atau resume.

d.)    Berdasarkan Teknik Pemaparannya

1.)    Eksposisi

Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.

2.)    Argumentasi

Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai alasan/ bukti.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anak-anak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.

3.)    Deskripsi

Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapannya. Ya, karena memang gadis di depannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.

4.)    Persuasi

Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusiaan dan saling mencintai.

5.)    Narasi

Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
Contoh:
Jam istirahat Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitkan kening, tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali, seakan di ruang perpustakaan hanya ada dia.

DAFTAR PUSTAKA

[1]    Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: Gramedia.
[2]    Resmini, Novi. Pengembangan Paragraf [pdf]. Universitas Pendidikan Indonesia. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196711031993032-NOVI_RESMINI/PENGEMBANGAN_PARAGRAF.pdf (Diakses pada 4 November 2015).
[3]    Sofyan, Agus N., Eni Karlieni, et al. 2007. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Widyatama.
[4]    Wahyu, Tri R.N. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Gunadarma.
[5]    Wiyanto, Asul. 2005. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.




0 comments:

Post a Comment