Kerangka Karangan (Outline)
Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian ide diawali
dengan menyusun kerangka karangan. Dengan kerangka karangan, rangkaian ide
dapat disusun secara sistematis, logis, jelas, restruktur, dan teratur.
Kerangka karangan dapat mempermudah penulisan dan pengembangan gagasan
selanjutnya dan karangan akan lebih terarah. Dengan demikian, tidak terjadi
pengulangan penjelasan yang disampaikan.
A.
Pengertian Kerangka Karangan (Outline)
Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang mengandung ketentuan
bagaimana kita menyusun karangan itu. Kerangka karangan juga akan menjamin
bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran
bagi target pembacanya. Selain itu, kerangka karangan akan dapat menghindarkan
kemungkinan kesalahan terutama dalam mengembangkan detail-detailnya [2].
Langkah terakhir pada tahap prapenulisan ialah pengorganisasian
karangan. Dalam hal ini tujuan dan bahan penulisan turut menentukan bentuknya.
Organisasi karangan pada umumnya mengikuti pola ilustratif, analitis atau
argumentatif.
Untuk menentukan organisasi itu, mula-mula kita menyusun suatu kerangka
(outline) karangan. Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam
subtopik dan mungkin selanjutnya ke dalam sub-subtopiknya. Kerangka itu mungkin
berbentuk kerangka topik atau kerangka kalimat. Sebelum menyusun kerangka kerja
yang sebenarnya, kita dapat membuat kerangka kasar. Misalnya kita akan menulis
karangan mengenai kegiatan sebuah universitas pada periode tertentu. Mula-mula
kita memecahkan topik tersebut ke dalam suatu babakan besar [4].
B.
Fungsi dan Manfaat Kerangka Karangan
Berikut adalah fungsi dan manfaat kerangka karangan:
1.)
Mempermudah pengendalian variabel.
2.)
Memperlihatkan pokok bahasan, sub-bahasan karangan,
dan memberi kemungkinan perluasan bahasan tersebut sehingga memungkinkan
penulis menciptakan suasana kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan.
3.)
Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang
sudah dirumuskan dalam topik, judul, masalah, tujuan, dan kalimat tesis.
4.)
Memudahkan penulis menyusun karangan secara
menyeluruh.
5.)
Mencegah ketidaklengkapan bahasan.
6.)
Mencegah pengulangan pembahasan ide.
7.)
Memperlihatkan kekurangan atau kelebihan materi
pembahasan.
C.
Langkah-Langkah Pembuatan Kerangka Karangan
Berikut langkah-langkah alam membuat kerangka karangan:
1.)
Menyusun semua ide pokok yang berhubungan dengan
topik yang akan ditulis.
2.)
Mencatat semua ide pokok yang muncul dari data
tertulis maupun dari data wawancara.
3.)
Menyusun dan menyeleksi ulang terhadap ide yang
tidak penting.
4.)
Memeriksa ulang apakah masih terdapat ide yang
tidak sesuai atau terdapat ide yang belum dimasukkan serta memeriksa kembali
urutan semua ide.
5.)
Setelah membuat kerangka karangan, langkah
selanjutnya adalah mengembangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan.
D.
Pola Susunan Kerangka Karangan
Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur biasanya
digunakan beberapa tipe susunan, pola alamiah dan pola logis.
1.) Pola Alamiah
Pola alamiah adalah suatu urutan
unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam, sebab itu
susunan alamiah itu didasarkan pada ketiga atau keempat dimensi dalam kehidupan
manusia: atas-bawah, melintang-menyeberang, sekarang-nanti, dulu-sekarang,
timur-barat, dan sebagainya. Oleh sebab itu susunan alamiah dapat dibagi
menjadi tiga bagian utama yaitu:
a.)
Urutan waktu atau urutan kronologis
Urutan yang didasarkan pada runtunan peristiwa atau
tahap-tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat
pembaca.
Contoh: Topik (riwayat hidup seorang penulis)
[1]
Asal usul penulis
[2]
Pendidikan si penulis
[3]
Kondisi kehidupan penulis
[4]
Keinginan penulis
[5]
Karier penulis
b.)
Urutan ruang (sposial)
Landasan yang paling penting, bila topik yang
diuraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang dan tempat. Urutan
ini biasanya digunakan dalam tulisan- tulisan yang bersifat deskriptif.
Contoh: Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
[1]
Di daerah Kalimantan
[2]
Di daerah Sulawesi
[3]
Di daerah Sumatera
c.)
Urutan Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan dalam pola
alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada. Suatu peristiwa sudah dikenal
dengan bagian-bagian tertentu. Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap,
mau tidak mau bagian-bagian tersebut harus dijelaskan berturut-turut dalam
karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa
memberi tanggapan atas bagian-bagiannya itu.
2.) Pola Logis
Manusia mempunyai suatu kesanggupan
dimana manusia lebih sempurna dari makhluk yang lain, yaitu sanggup menghadapi
segala sesuatu yang berada di sekitarnya dengan kemampuan akal budinya. Urutan
logis sama sekali tidak ada hubungannya dengan suatu ciri yang intern dalam materinya,
tetapi kiat dengan tanggapan penulis.
Macam-macam, urutan logis yang
dikenal adalah:
a.)
Urutan klimaks dan anti klimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang
berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang
paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh: Topik (turunnya Suharto)
[1]
Keresahan masyarakat
[2]
Merajalelanya praktek KKN
[3]
Kerusuhan sosial
[4]
Tuntutan reformasi menggema
b.)
Urutan klausal
Urutan ini mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab
ke akibat dan urutan akibat ke sebab. Pada pola pertama suatu masalah di anggap
sebagai sebab, yang kemudian dilanjutkan dengan perincian-perincian yang
menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan
sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia pada
umumnya.
Contoh: Topik (krisis moneter melanda tanah air)
[1]
Tingginya harga bahan pangan
[2]
Penyebab krisis moneter
[3]
Dampak terjadi krisis moneter
[4]
Solusi pemecahan masalah krisis moneter
c.)
Urutan pemisahan masalah
Dimulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak
menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-kurangnya
uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian
utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya
alternatif-alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang dihadapi tersebut.
Contoh: Topik (virus H1N1)
[1]
Apa itu virus H1N1
[2]
Bahaya virus H1N1
[3]
Cara penanggulangannya
d.)
Urutan umum-khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh
(umum), lalu diikuti dengan pembahasan secara terperinci (khusus).
Contoh: Topik (pengaruh internet)
[1]
Para pengguna internet
[2]
Manfaat internet
e.)
Urutan familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan
sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal
yang kurang dikenal atau belum dikenal. Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini
misalnya diterapkan dengan mempergunakan analogi.
f.)
Urutan akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan
familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau
hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas
mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak oleh pembaca, apakah
suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca. Pada dasarnya, untuk
menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan
teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.
E.
Macam-Macam Kerangka Karangan
1.)
Berdasarkan sifat rincian
·
Kerangka karangan sementara/nonformal: cukup
terdiri atas dua tingkat, dengan alasan topiknya tidak kompleks, akan segera
digarap.
·
Kerangka karangan formal: terdiri atas tiga
tingkat, dengan alasan topiknya sangat kompleks, topiknya sederhana tetapi
tidak segera digarap.
2.)
Berdasarkan perumusan teksnya
·
Kerangka kalimat
·
Kerangka topik
·
Gabungan antara kerangka kalimat dan kerangka
topik
F.
Syarat Kerangka Karangan yang Baik
Syarat-syarat
kerangka karangan yang baik adalah:
1.)
Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan
yang Jelas. Lalu buatlah tesi atau pengungkapan maksud.
2.)
Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus
dirinci.
3.)
Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus
disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.
4.)
Harus menggunakan simbol yang konsisten.
G.
Contoh Bentuk Kerangka
Topik: Kegiatan Mahasiswa Gunadarma Selama Periode
Tahun 2004-2005
[1]
Kegiatan Akademis
[2]
Kegiatan Sosial
[3]
Kegiatan di Bidang Olah Raga dan Seni
[4]
Dan seterusnya
Kemudian, kita memikirkan perincian
untuk setiap babak besar di atas. Hasilnya, akan diperoleh sebuah kerangka
lebih terurai.
Contoh:
Kegiatan Mahasiswa Gunadarma Selama Periode Tahun
1978-1980
1.
Kegiatan Akademis
1.1.
Penelitian
1.2.
Seminar
1.3.
Ceramah Ilmiah
1.4.
Karya Wisata
2.
Kegiatan Sosial
2.1.
Partisipasi Mahasiswa Gunadarma dalam Usaha
Akibat Bencana Alam
2.2.
Partisipasi Mahasiswa dalam Peningkatan
Kesehatan Masyarakat di Sekitar Kampus
2.3.
Dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] S.,
Effendi. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta:
Pustaka Jaya.
[2] Hs.,
Widjono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Grasindo.
[3] Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: Gramedia.
[4]
Wahyu, Tri R.N. 2006. Bahasa Indonesia.
Jakarta: Universitas Gunadarma.
0 comments:
Post a Comment