Kalimat:
Unsur, Pola Dasar, dan Macamnya
Dalam berbahasa, kita
mengenal apa yang disebut kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran seseorang. Dengan kalimat, seseorang dapat menyampaikan
apa yang ia pikirkan kepada orang lain.
A.
Definisi
Kalimat
Kalimat ialah suatu bagian ujaran yang berdiri sendiri dan bermakna dan diakhiri oleh intonasi akhir. Sebuah
kalimat sekurang-kurangnya memiliki subjek dan predikat. Untuk menghasilkan kalimat-kalimat
yang benar, kita perlu memperhatikan syarat-syarat penyusunan kalimat. Setiap
kalimat sekurang-kurangnya memiliki predikat. Suatu kata atau kelompok kata dapat
berfungsi sebagai predikat jika dapat disertai kata benda atau kelompok kata
benda yang mempunyai relasi predikat [3].
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan denagn suara naik turun dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan.
Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru [2].
B.
Unsur-Unsur
Kalimat
Perkataan atau tuturan memenuhi syarat sebagai
kalimat jika terdapat kelengkapan unsur-unsur kalimat, yaitu subjek, predikat,
objek, keterangan, dan pelengkap.
1.
Subjek
Subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa atau apa
predikat.
Contoh: Mahasiswa mengerjakan tugas makalah.
Contoh: Mahasiswa mengerjakan tugas makalah.
2.
Predikat
Predikat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana atau
mengapa subjek.
Contoh: Mahasiswa menyusun skripsi.
Contoh: Mahasiswa menyusun skripsi.
3.
Objek
Objek dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek hanya terdapat pada
kalimat yang predikatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh: Mahasiswa itu mengemukakan masalahnya.
Contoh: Mahasiswa itu mengemukakan masalahnya.
4.
Keterangan
Pelengkap tidak dapat menjadi subjek
sebab tidak dapat dipasifkan.
Contoh: Mereka belajar matematika dengan sungguh-sungguh.
Contoh: Mereka belajar matematika dengan sungguh-sungguh.
5.
Pelengkap
Posisi keterangan dapat berpindah-pindah di depan, tengah, atau akhir
kalimat.
Contoh: Mereka belajar di perpustakaan.
Contoh: Mereka belajar di perpustakaan.
C.
Pola Dasar Kalimat
1.
Kalimat Dasar
Berpola Subjek (S) – Predikat (P)
a.
Kalimat Dasar Berpola S-P (P1 KK)
Mereka pulang.
Semua peserta datang.
Semua peserta datang.
b.
Kalimat Dasar
Berpola S-P (P2 KB)
Dia mahasiswa.
Ayahnya pengusaha.
Ayahnya pengusaha.
c.
Kalimat Dasar
Berpola S-P (P3 KS)
Mahasiswa di sini pandai-pandai.
Gedungnya tinggi-tinggi.
Gedungnya tinggi-tinggi.
2.
Kalimat Dasar
Berpola Subjek (S) – Predikat (P) – Keterangan (K)
Presiden berasal dari Jawa Tengah.
Kalung itu terbuat dari emas.
Kalung itu terbuat dari emas.
3.
Kalimat Dasar
Berpola Subjek (S) – Predikat (P) – Pelengkap (Pel)
Negara RI berdasarkan
Pancasila.
Kantor kami kemasukan pencuri.
Kantor kami kemasukan pencuri.
4.
Kalimat Dasar
Berpola Subjek (S) – Predikat (P) – Objek (O)
a.
Kalimat Dasar
Berpola S-P-O (P1 KK transitif)
Mahasiswa membuat makalah.
Wartawan mencari berita.
Wartawan mencari berita.
b.
Kalimat Dasar
Berpola S-P-O- Pel (P1 KK dwitransitif)
Ayah mengirimi saya uang.
Presiden menganugerahi para pahlawan tanda jasa.
Presiden menganugerahi para pahlawan tanda jasa.
5.
Kalimat Dasar
Berpola Subjek (S) – Predikat (P) – Objek (O) – Keterangan (K)
Mereka mengadakan penelitian di
luar kota.
Para mahasiswa mengikuti KKN di daerah .
Para mahasiswa mengikuti KKN di daerah .
D.
Macam-Macam
Kalimat
Kalimat dapat dibedakan menjadi dua
macam, yakni (1) kalimat tunggal (kalimat yang hanya terdiri atas satu kalimat
dasar) dan (2) kalimat majemuk (kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri atas
dua kalimat dasar). Kalimat majemuk terdiri atas kalimat majemuk setara, kalimat
majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk rapatan [3].
1.
Kalimat
Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara memiliki dua
kalimat dasar atau lebih. Kalimat ini ditandai dengan kata penghubung
intrakalimat yang menyatakan kesetaraan, misalnya: dan, tetapi, sedangkan,
serta, namun, lalu, kemudian, atau.
Contoh:
·
Gempa dan tsunami menggoncang Pantai Pangandaran
dan rumah-rumah hancur.
·
Kepala Negara
mengemukakan sambutannya kemudian beliau menyerahkan bantuan kepada para korban.
2.
Kalimat
Majemuk Tak Setara
Kalimat majemuk taksetara sekurang-kurangnya
terdiri atas dua kalimat dasar sebagai unsur langsungnya. Satu dari kalimat
dasar itu merupakan induk kalimat dan satunya lagi merupakan anak kalimat.
Jadi, kalimat majemuk taksetara terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat.
Induk kalimat dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, sedangkan anak
kalimat tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal.
Kata penghubung yang dapat digunakan
untuk kalimat majemuk setara, antara lain jika, kalau, apabila, andaikata,
ketika, waktu, setelah, sebelum, supaya, agar, sebab, karena, walaupun,
sekalipun, biarpun, bagaimanapun.
Contoh:
·
Dia datang
ketika saya sedang tidur.
·
Meskipun
usianya sudah lanjut, semangat belajarnya tidak pernah padam.
3.
Kalimat
Majemuk Lesapan (Rapatan)
Kalimat majemuk lesapan adalah kalimat majemuk
yang mengalami pelesapan unsur-unsur kalimat yang sama. Unsur yang dimaksud
hanya dimunculkan satu kali.
Contoh:
·
Saya datang
terlambat sehingga saya tidak dapat
mengikuti kuliah pertama.
·
Saya datang terlambat sehingga tidak dapat mengikuti
kuliah pertama.
Berdasarkan isi dan tanggapan yang
ditimbulkannya, kalimat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu [2]:
1.
Kalimat
Berita (Deklaratif)
Kalimat berita adalah kalimat yang
isinya memberitahukan sesuatu peristiwa atau kejadian, yang pada umumnya menimbulkan
tanggapan berupa isyarat atau sikap. Macam kalimat berita, diantaranya kalimat
berita langsung dan tidak langsung.
2.
Kalimat
Perintah (Imperatif)
Kalimat perintah adalah kalimat yang
isinya berupa perintah agar seseorang melakukan atau berbuat sesuatu, dan
reaksinya berupa tindakan. Berdasarkan isi, ada kalimat perintah halus dan ada
kalimat perintah kasar.
3.
Kalimat Tanya
(Interogatif)
Kalimat tanya adalah kalimat yang
isinya berupa pertanyaan dan reaksinya berupa jawaban. Berdasarkan isi, kalimat
tanya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tanya biasa dan kalimat tanya yang
tidak memerlukan jawaban (retoris).
4.
Kalimat Seru
(Eklamatif)
Kalimat seru adalah kalimat untuk
menyatakan perasaan kagum atau heran. Secara formal ditandai dengan kata alangkah,
betapa, atau bukan main pada kalimat berpredikat kata sifat.
E.
Kalimat
Efektif
Setiap gagasan pikiran atau konsep
yang dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk
kalimat. Kalimat yang baik pertama sekali haruslah memenuhi persyaratan. Hal
ini berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku.
Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahami oleh orang lain secara tepat.Kalimat
yang demikian disebut kalimat efektif.
1.
Definisi
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat ditangkap dan mudah dipahami oleh pembaca, menghayati masing-masing
tuturan itu. Keterpahaman menjadi salah satu kriteria kalimat efektif. Kriteria
lainnya adalah kelaziman. Pemakaian kata, susunan frasa, dan kalimat tertentu
dipandang lazim dalam ragam bahasa tertentu, namun belum tentu lazim dalam
ragam bahasa lain [4].
Sebuah kalimat efektif haruslah
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau
pembicara. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar
untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembacanya.
Jadi, yang dimaksud kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat sebagai
berikut [3].
1.)
Secara tepat
dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2.)
Sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan pembicara atau penulis (Keraf, 1980: 36).
2.
Ciri-Ciri
Kalimat Efektif
Sebuah kalimat efektif memiliki
syarat-syarat atau ciri-ciri tertentu
yang membedakannya dari kalimat yang tidak efektif. Kalimat efektif memiliki
ciri-ciri (a) kesepadanan struktur, (b) keparalelan, (c) kehematan, (d) kecermatan, (e) kepaduan,
dan (f) kelogisan [3].
a.)
Kesepadanan
Kesepadanan
ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik.
b.)
Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk
kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan
kata benda (nomina), bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan kata
benda (nomina). Kalau bentuk pertama menggunakan kata kerja (verba), bentuk kedua dan
seterusnya juga menggunakan kata kerja
(verba).
c.)
Kehematan
Kehematan
dalam kalimat efektif ialah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan
kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai
arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa.
d.)
Kecermatan
Kecermatan adalah kalimat itu tidak
menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Kecermatan dalam
kalimat berkaitan dengan pemilihan kata, penyusunan kata, dan penggunaan logika
dalam kalimat.
e.)
Kepaduan
Kepaduan ialah kepaduan pernyataan
dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak sistematis.
Kepaduan menunjukkkan adanya
hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk
kalimat itu. Bagaimana hubungan antara subjek dan predikat, hubungan antara
predikat dan objek, serta keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap
unsur pokok tadi. Kesalahan yang sering merusakkan kepaduan adalah menempatkan
kata depan, kata penghubung yang tidak sesuai atau tidak pada tempatnya,
perapatan kata aspek atau keterangan modalitas yang tidak sesuai, dan
sebagainya.
f.)
Kelogisan
Kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kelogisan berhubungan dengan penalaran,
yaitu proses berpikir untuk menghubung-hubungkan fakta yang ada sehingga sampai
pada suatu simpulan. Dengan perkataan lain, penalaran (reasoning) ialah proses
mengambil simpulan (conclicusion, interference) dan bahan bukti atau petunjuk
(evidence) ataupun yang dianggap bahan bukti atau petunjuk (Moeliono, 1988:
124-125)
DAFTAR
PUSTAKA
[1]
Keraf,
Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: Gramedia.
[2]
Kusmayadi,
Ismail. 2008. Think Smart Bahasa Indonesia. Bandung: Grafindo Media Pratama.
[3]
Sofyan, Agus
N., Eni Karlieni, et al. 2007. Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya
Ilmiah. Bandung: Universitas Widyatama.
[4]
Wahyu, Tri
R.N. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Gunadarma.
0 comments:
Post a Comment