Alinea (Paragraf)
Seseorang
dapat menuangkan gagasan dan pikirannya dalam sebuah tulisan. Untuk itu
diperlukan kemampuan menulis yang baik agar gagasan dan pikiran tersebut dapat
tersampaikan kepada pembacanya. Kemampuan menulis yang baik dapat diperoleh dari
hasil proses belajar dan ketekunan.
Dalam menulis,
alinea atau paragraf merupakan unsur penting dalam sebuah tulisan. Alinea
merupakan inti dari gagasan dan pikiran penulis yang ingin disampaikan kepada
pembacanya. Untuk itu, penulis harus mampu menguasai konsep alinea agar gagasan
dan pikirannya dapat tersampaikan kepada pembaca.
A.
Pengertian Alinea
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan
yang dibangun dengan serangkaian kalimat. Dalam paragraf terkandung satu unit
buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat
dalam paragraf tersebut, mulai kalimat pengenal, kalimat utama atau
kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan
kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah
gagasan [3].
Paragraf atau alinea berlaku pada bahasa tulis, sedangkan pada bahasa
lisan digunakan istilah paraton (Brown dan Yule, 1996). Paragraf merupakan
suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan pikiran atau topik
dan berada di bawah tataran wacana. Oleh Ramlan (1993), pikiran utama atau ide
pokok merupakan pengendali suatu paragraf [2].
Kalimat-kalimat pada alinea tidak lepas terpisah satu dengan yang lain,
tetapi saling berhubungan dan tarik-menarik. Kalimat-kalimat tersebut juga tidak
bertentangan satu sama lain tetapi menyatu mendukung pokok pikiran alinea atau
biasa disebut kohesi. Antar kalimat membentuk hubungan yang erat dan kompak
sehingga pembaca mudah mengetahui hubungan kalimat satu dengan kalimat lain.
Hal ini disebut koheren atau serasi [5].
B.
Syarat-Syarat Alinea
Paragraf merupakan satu kesatuan pikiran yang dibangun dengan
serangkaian kalimat. Satu kesatuan pikiran merupakan komponen isi dan satu
rangkaian kalimat merupakan komponen bentuk paragraf. Satu kesatuan pikiran dan
satu kesatuan bentuk merupakan tuntutan yang harus dipenuhi sebuah paragraf.
Dalam sebuah paragraf harus memenuhi tuntutan koherensi dalam isi (coherence in
meaning) dan kohesi dalam bentuk (cohesion in form) [3].
a.)
Syarat Koherensi
Koherensi ialah kesatuan isi atau kepaduan maksud; koherensi paragraf
ialah kepaduan isi paragraf. Paragraf yang tidak menunjukkan adanya kepaduan
isi disebut paragraf yang tidak koheren. Demi terpenuhinya tuntutan koherensi
paragraf, ada dua hal pokok yang harus diperhatikan. Kedua hal yang dimaksud
ialah (1) kokohnya kalimat penjelas dalam menjelaskan ide pokok dan (2)
logisnya urutan peristiwa, waktu, ruang atau tempat, dan proses.
b.)
Syarat Kohesi
Kohesi mengandung arti hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh dan
kohesif berarti padu. Jadi, paragraf yang baik dituntut untuk mempunyai
hubungan antarkalimat yang erat dan perpaduan antarkalimat yang kokoh.
C.
Unsur-Unsur Alinea
Alinea atau sering disebut juga paragraf adalah suatu bagian dari bab
pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus
dimulai dengan baris baru. Pada umumnya alinea terdiri dari lebih dari satu
kalimat atau dapat dikatakan terdiri dari beberapa kalimat. Dari segi fungsi
dan kandungannya, kalimat dalam alinea dapat dipilah-pilah menjadi beberapa
bagian yaitu:
a.)
Kalimat Topik
Kalimat topik merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah
alinea/paragraf karena kalimat topik mengungkapkan gagasan pokok dalam kalimat
yang bersangkutan. Kalimat topik hendaknya merupakan kalimat efektif yang menarik,
merupakan susunan yang runtut dan logis dan juga merupakan rumusan yang tidak
terlalu umum namun juga tidak terlalu spesifik.
b.)
Kalimat Pengembangan
Kalimat pengembangan merupakan kalimat-kalimat yang menguraikan hal-hal
yang terkandung dalam kalimat topik. Kalimat-kalimat pengembangan itu hendaknya
berpusat pada kalimat topik agar terciptanya suatu gagasan dan juga agar tidak
terjadinya kalimat-kalimat pengembangan yang menyeleweng dari kalimat topik.
Untuk menghindari hal tersebut diperlukan perumusan butir-butir pengembangan
secara ringkas di bawah kalimat topik sehingga bisa terbentuk alinea/paragraf
yang baik.
c.)
Kalimat Penutup
Setelah pengembangan dari kalimat topik itu sampai pada batas
kecukupan, maka sebuah alinea/paragraf itu sebaiknya diakhiri. Kalimat yang
mengakhiri alinea itu disebut kalimat penutup. Demi terwujudnya kesatuan
gagasan, penyusunan kalimat topik hendaknya berdasarkan kalimat-kalimat
pengembangan. Kalimat penutup dalam suatu alinea/paragraf biasanya dapat berupa
penekanan kembali, kesimpulan dan rangkuman. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa kalimat penutup didasarkan dari kalimat topik dan juga kalimat-kalimat
pengembangan.
d.)
Kalimat Penghubung
Agar suatu alinea dapat terhubung dengan alinea yang lain maka
diperlukan adanya kalimat penghubung. Hubungan antara alinea yang satu dengan
alinea yang lain hanya dapat diketahui dari hubungan isi alinea tersebut. Oleh
karena itu, kalimat penghubung itu dalam alinea tertentu diperlukan, dan dalam
alinea yang lain tidak diperlukan. Maksudnya adalah, tidak dalam setiap alinea
terdapat kalimat penghubung.
D.
Macam-Macam Alinea
Berdasarkan jenisnya, paragraf atau alinea dapat dibedakan (1)
berdasarkan nalar atau letak kalimat topik, (2) berdasarkan teknik
pengembangan, (3) berdasarkan fungsinya, dan (4) berdasarkan teknik
pemaparannya.
a.)
Berdasarkan Nalar atau Letak Kalimat Topik
Nalar atau logika secara singkat
dapat diartikan jalan pikiran yang sesuai dengan akal; bernalar sama dengan
berpikir logis. Penalaran sama dengan proses menggunakan nalar atau proses
menggunakan pikiran secara logis. Secara umum dikenal paragraf deduktif, induktif, deduktif-induktif, dan
deskriptif-naratif.
1.)
Paragraf
Deduktif
Paragraf
deduktif ialah paragraf yang diawali dengan gagasan utama atau kalimat topik
yang bersifat umum. Gagasan itu selanjutnya, dijelaskan dengan
pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus atau keterangan-keterangan yang
memperkokoh gagasan di atas.
Contoh:
Harga sebagian
barang pokok bergerak naik. Beras seminggu yang lalu harganya Rp 3500,00 per
kg, kini berubah menjadi Rp 4.000,00 per kg. Gula pasir melonjak dari Rp
5.800,00 per kg menjadi Rp 6.200,00 per
kg. Minyak goreng, walaupun tidak seberapa naiknya, tetapi secara nyata
beringsut naik dari Rp 4.500,00 per kg menjadi Rp 4.800,00 per kg. Terigu kini
mencapai Rp 4.700,00 per kg sedangkan Minggu lalu Rp 4.200,00 per kg.
2.)
Paragraf
Induktif
Paragraf induktif ialah paragraf yang menempatkan ide atau gagasan pada
akhir paragraf. Lahirnya ide atau gagasan ini didahului oleh penjelasan,
keterangan, atau data. Kadang-kadang, gagasan paragraf induktif berupa
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang disebutkan lebih dulu.
Contoh:
Pancasila telah beberapa kali dirongrong. Beberapa kali falsafah negara
RI hendak diubah ataupun dipreteli. Setiap usaha yang hendak mengubah dan
mempreteli Pancasila ternyata gagal betapapun usaha itu telah dipersiapkan
dengan matang dan tertib. Semuanya tetap dapat digagalkan. Memang, Pancasila
benar-benar sakti.
3.)
Paragraf
Deduktif-Induktif
Pengembangan jenis paragraf ini didasari pola nalar deduktif-induktif. Karena
itu, paragraf jenis ini ditandai dengan adanya dua gagasan yang terletak di
awal dan di akhir paragraf.
Contoh:
Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.
Dengan bahasa pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan, menerima dan
memberikan segala pengalamannya kepada orang lain. Jelaslah, bahwa bahasa
merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
4.)
Paragraf Deskriptif-Naratif
Paragraf deskriptif ialah paragraf yang berisi gambaran, cerita, atau
proses sesuatu atau terjadinya sesuatu secara apa adanya. Dalam
pengembangannya, paragraf ini tidak mengemukakan ide pokok secara eksplisit.
Ide paragraf terkandung pada semua kalimat yang membentuknya. Semua kalimat
mempunyai peranan yang sederajat, tidak ada kalimat yang mempunyai kedudukan
yang dominan.
Contoh:
Alangkah mengerikan. Rumah-rumah beton di Pantai Pangandaran, Kabupaten
Ciamis, ditelan gelombang tsunami yang terjadi pada tanggal 17 Juli 2006 yang
lalu. Pantai yang begitu indah, yang menjadi tumpuan Pemerintah Daerah itu ditinggalkan kosong oleh penduduk. Mereka
mengungsi ke tempat-tempat yang aman.
b.)
Berdasarkan Teknik Pengembangannya
Dalam mengembangkan paragraf ada beberapa teknik yang lazim digunakan.
Dalam tulisan ini akan dibicarakan teknik-teknik pengembangan seperti berikut:
(1) tanya-jawab, (2) sebab-akibat, (3) contoh atau ilustrasi, (4) alasan atau
keterangan, (5) perbandingan atau analogi, (6) definisi, (7) deskripsi, (8) proses, dan (9) penguraian.
1.)
Paragraf
Tanya-Jawab
Paragraf jenis ini dikembangkan dengan pertanyaan terlebih dahulu.
Lazimnya, kalimat pertama merupakan kalimat pertanyaan yang mengandung ide
paragraf. Kalimat pengembangnya berupa jawaban atas pertanyaan tadi.
Kalimat-kalimat jawaban merupakan kalimat penjelas atau pengembangan paragraf.
Contoh:
Mengapa Marsinah diculik lalu dibunuh secara kejam? Menurut sebuah
versi, kekejaman itu dilakukan karena Marsinah memiliki informasi penting
tentang penyelewengan hukum atau praktek produksi ilegal oleh perusahaan tempat
ia bekerja. Ia, kabarnya, mau membeberkannya ke luar kecuali jika pihak
perusahaan memenuhi tuntutannya: memperbaiki kondisi buruh dan membatalkan PHK
atas beberapa kawannya.
2.)
Paragraf
Sebab-Akibat
Paragraf sebab akibat yaitu paragraf yang pengembangannya memanfaatkan
makna hubungan sebab akibat antar kalimat. Ciri khas paragraf jenis ini ialah
terbinanya hubungan sebab akibat antara kalimat yang satu dengan kalimat yang
lain. Jadi hubungan sebab-akibat ini merupakan satu rangkaian satu rangkaian
yang berkesinambungan.
Contoh:
Mulai bulan April tahun tahun depan harga berbagai jenis minyak bumi
dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, minyak pelumas, dan lain-lain,
harganya dinaikkan karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya dengan harapan
ekonomi Indonesia menjadi wajar. Kenaikan harga bahan bakar sudah tentu mengakibatkan
naiknya biaya angkutan. Jika biaya angkutan naik, harga barang akan naik pula
karena biaya transpor harus diperhitungkan. Kenaikan harga ini akan dirasakan
oleh rakyat. Karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan
usaha meningkatkan pendapatan rakyat.
3.)
Paragraf
Contoh atau Ilustrasi
Sesuai dengan sebutannya, paragraf contoh atau paragraf ilustrasi, paragraf
jenis ini dikembangkan dengan cara menggunakan contoh atau ilustrasi. Contoh
atau ilustrasi inilah yang memberikan penjelasan akan kebenaran ide atau
gagasan paragraf, baik dengan cara deduktif, induktif, atau paduan keduanya.
Contoh:
Di Singapura sekarang kita bisa menyaksikan Kecak yang dipertunjukkan
dalam waktu kurang dari satu jam, bahkan bila diperlukan konsumen, pertunjukan
bisa lebih singkat lagi. Demikian pula tari-tarian lainnya dapat kita saksikan
dalam bentuk yang condensed. Di
pantai-pantai yang terbaik di bagian selatan Bali, terutama di kawasan Sanur,
orang banyak yang terkejut dan sedih melihat semakin ciutnya daerah bebas
mereka untuk melakukan upacara yang mereka perlukan tanpa harus meminta izin
terlebih dahulu. Lebih menyedihkan lagi bagi mereka apabila pada suatu saat
terpancang papan pengumuman “DILARANG MASUK”. Salam dalam bahasa Inggris “hallo” di Bali sekarang ternyata berkembang
menjadi bermacam–macam arti; paling sedikit ada dua arti. Arti yang pertama,
salam ramah-tamah biasa yang ditunjukkan kepada orang asing, dan yang kedua, Tuan
belilah barang dagangan saya.” Contoh-contoh di atas merupakan gambaran bahwa
betapa bergesernya nilai–nilai sosial dan agama di kawasan Bali.
4.)
Paragraf
Alasan atau Keterangan
Perkataan “alasan” bisa diganti dengan “keterangan“ sebab pada hakikatnya,
alasan itu merupakan keterangan. Paragraf alasan ialah paragraf yang
pengembangan ide utamanya memanfaatkan penjelasan yang bermakna alasan.
Alasan–alasan inilah yang memperkokoh ide paragraf sehingga kebenaran ide itu
dapat diterima pembacanya.
Contoh:
Seluruh penjuru dunia sudah mengetahui bahwa AIDS merupakan penyakit
yang mematikan. Dunia kedokteran masih merayap mencari obat penangkal penyakit
maut ini. Sementara itu, virus AIDS melesat mencari korban demi korban tanpa mengenal
ras, umur, ataupun tingkatan sosial. Tidaklah mustahil, AIDS menjadi bom waktu
yang pada suatu saat bisa memusnahkan manusia dari muka bumi ini.
5.)
Paragraf
Perbandingan atau Analogi
Paragraf perbandingan ialah paragraf yang isinya merupakan perbandingan
tentang dua hal baik yang menyangkut kesamaan maupun perbedaannya. Sebagai
teknik pengembangan, perbandingan ini bisa bertujuan menjelaskan satu hal lain
sebagai pembanding, atau menjelaskan kedua hal yang dibandingkan itu sekaligus.
Contoh:
Kalau kita perhatikan kalimat awal paragraf, tergolong paragraf yang
bertujuan menjelaskan masyarakat perkotaan (urban
community) dengan menggunakan pembanding kontras sifat-sifat masyarakat
perdesaan.
Yang dimaksud masyarakat perkotaan atau urban community adalah masyarakat kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya.
Tekanan pengertian masyarakat perkotaan juga terletak pada sifat–sifat kehidupannya
yang berbeda dengan masyarakat perdesaan. Masyarakat perkotaan ini juga berbeda
dengan masyarakat perdesaan dalam hal perhatian, khususnya terhadap keperluan
hidup. Jika masyarakat perdesaan mempunyai perhatian utama dan perhatian khusus
terhadap keperluan dasar dari kehidupan, seperti pakaian, makanan, rumah, dan
sebagainya, maka masyarakat perkotaan, terhadap hal-hal tersebut mempunyai
pandangan yang berbeda.
Orang-orang perkotaan memandang penggunaan kebutuhan hidup sehubungan
dengan pandangan masyarakat sekitarnya. Jika menghidangkan makanan, misalnya,
yang diutamakan adalah makanan itu memberikan kesan bahwa yang menghidangkannya
mempunyai kedudukan sosial yang tinggi. Bila ada tamu, misalnya, diusahakan
terhidang makanan dalam kaleng. Pada orang–orang perdesaan hal seperti itu
kurang bahkan tidak dipedulikan.
6.)
Paragraf
Definisi
Sesuai dengan sebutannya, paragraf definisi merupakan paragraf yang
mengembangkan definisi atau pembatasan istilah. Dalam sebuah paragraf definisi,
sebuah istilah mungkin didefinisikan, mungkin pula dibicarakan pengertiannya
seperti contoh di bawah ini.
Contoh:
Istilah demokrasi biasanya diterjemahkan dengan kata kedaulatan rakyat.
Ungkapan tersebut sering diartikan dengan pemerintahan oleh rakyat, dari
rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi dalam pengertian ini hanya menggambarkan
satu segi dari pengertian demokrasi yang sebenarnya. Pada hakikatnya, demokrasi
merupakan sistem mentalitas untuk membina kehidupan bersama dalam masyarakat.
Mentalitas yang dimaksud ialah mentalitas dalam pengertian cara berpikir,
bersikap, dan berbuat.
7.)
Paragraf Deskripsi
Paragraf pemerian atau deskripsi ialah paragraf yang menyajikan
sejumlah rincian tentang sesuatu yang lebih cenderung pada fakta daripada khayalan.
Pemerian ini bisa berupa rincian tentang bentuk, ruang, waktu, peristiwa, atau
keadaan. Kadang–kadang urutan pernyataannya tidak ketat. Artinya, urutan
pernyataan dalam sebuah paragraf pemerian bisa diubah, walaupun tidak
selamanya.
Contoh:
Desa Ubud yang setiap harinya tertib, hening, senyap, tempat para senimannya
menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kerja kreatif, kali ini berubah
laksana sebuah akuarium yang kemelut. Tak ada wajah-wajah suram yang memancarkan
rasa duka cita. Sesuai dengan kepercayaan masyarakat Bali yang menghendaki agar
khalayak melepas sang almarhum menuju nirwana dengan tenang. Yang terlihat
hanya warna-warna merah, wajah cerah, serta suara gembira yang gemuruh. Para
wanita mengenakan baju kebaya, kain, dan selendang berwarna semarak.
Laki-lakinya mengenakan kain samping yang tradisional, yaitu kain petak-petak
hitam putih. Putih warna bajunya, putih ikat kepalanya. Matahari agak muram
seperti enggan menyengatkan sinarnya.
8.)
Paragraf
Proses
Seperti halnya paragraf pemerian, paragraf proses tergolong jenis paragraf
Deskriptif. Sesuai dengan namanya, paragraf proses ialah paragraf yang
menjelaskan proses terjadinya atau proses bekerjanya sesuatu.
Contoh:
Setelah sampai di darat, kendurkan semua pakaian korban yang sekiranya
menyesakkan dirinya. Bersihkan mulutnya dari pasir atau lumpur, dan lepaskan
gigi palsunya (kalau ada). Selanjutnya, telungkupkan badannya, dan berdirilah
Anda mengangkanginya. Sambil membungkukkan badan ke depan, tempatkan kedua
tangan Anda pada perutnya dekat rusuk bawah. Angkatlah perutnya sehingga
kepalanya menunduk ke tanah dan air keluar dari mulutnya. Jika pernapasannya berhenti,
segeralah beri dia pernapasan buatan.
9.)
Paragraf
Penguraian
Paragraf jenis ini dikembangkan dengan cara menguraikan atau
memilah-milah (mengklasifikasi) sesuatu. Dengan pernyataan lain, paragraf
penguraian ialah paragraf yang berisi penjelasan secara terurai atau terinci.
Contoh:
Berdasarkan peristiwa politik dan dokumen resmi kenegaraan, dalam
perjalanan hidupnya, bahasa Indonesia memiliki dua macam kedudukan. Pertama,
bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini
dimilikinya sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Kedua,
bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa negara. Kedudukan ini
dimilikinya sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam Undang-Undang Dasar
1945, Bab XV, Pasal 36.
c.)
Berdasarkan Fungsinya
Berdasarkan fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi paragraf
pembuka, penghubung, dan penutup.
1.)
Paragraf
Pembuka
Paragraf pembuka disebut juga
paragraf pendahuluan. Paragraf ini berisi ancang-ancang atau arahan tentang apa
yang akan diuraikan atau dibahas pada bagian isi wacana. Selain itu, paragraf
pendahuluan berisi tentang tujuan dan pembatasan topik pembicaraan. Selain itu,
paragraf pembuka mengemukakan hal-hal yang menjadi penarik minat para pembaca.
Dengan kata lain, paragraf pembuka itu harus menumbuhkan perasaan ingin tahu
para pembaca tentang apa yang diuraikan selanjutnya.
2.)
Paragraf
Penghubung
Disebut paragraf pengembang karena paragraf ini berfungsi mengembangkan
isi wacana. Isi wacana merupakan pengembangan ide-ide atau sub topik
pembicaraan.
3.)
Paragraf
Penutup
Paragraf penutup ialah paragraf yang mengakhiri sebuah uraian, bisa mengandung bermacam-macam
maksud atau isi, seperti kesimpulan uraian, saran atau harapan, penegasan,
kritikan, dan rangkuman isi uraian atau resume.
d.)
Berdasarkan Teknik Pemaparannya
1.)
Eksposisi
Berisi uraian
atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak
pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir
mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap
daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
2.)
Argumentasi
Bertujuan
membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep
sebagai alasan/ bukti.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa
kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi
pendidikan Sukarton (1992) bahwa anak-anak kecil di bawah umur 15 tahun sudah
banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat
dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan
jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada
orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita
terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang
ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
3.)
Deskripsi
Berisi gambaran mengenai suatu
hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar
hal tersebut.
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji
gadis yang mempesona di hadapannya. Ya, karena memang gadis di depannya itu
sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya
bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius.
Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah,
dia sungguh tampak sempurna.
4.)
Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap
sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai
tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai
kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap
tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat
dipenuhi oleh suasana kemanusiaan dan saling mencintai.
5.)
Narasi
Karangan ini
berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita.
Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
Contoh:
Jam istirahat Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil
menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit
perpustakaan, mengernyitkan kening, tersenyum dan kembali menulis. Asyik
sekali, seakan di ruang perpustakaan hanya ada dia.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: Gramedia.
[2]
Resmini, Novi. Pengembangan Paragraf [pdf].
Universitas Pendidikan Indonesia. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196711031993032-NOVI_RESMINI/PENGEMBANGAN_PARAGRAF.pdf
(Diakses pada 4 November 2015).
[3]
Sofyan, Agus N., Eni Karlieni, et al. 2007. Bahasa
Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Widyatama.
[4]
Wahyu, Tri R.N. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Gunadarma.
[5]
Wiyanto, Asul. 2005. Terampil Menulis Paragraf.
Jakarta: Grasindo.
0 comments:
Post a Comment